Senyum dan keramahan serta tutur kata yang lembut, khas seorang wanita, yang diberikan kepada para tahanan WNI itu memberikan angin sejuk kepada mereka yang tengah didera derita karena berstatus tahanan di negara orang. Apa mau dikata, setiap perbuatan pasti ada ganjarannya. Demikian juga dengan 1360 TKI/TKW yang harus menjalani masa tahanan sebelum dilanjutkan ke persidangan nanti.
Itu adalah satu dari sederet kiprah DR Reyna Usman yang kini menjabat Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja (Dirjen Binapenta) Kemnakertrans RI. Di Malaysia, memasuki perkebunan kelapa sawit dan pabrik-pabrik yang mempekerjakan tenaga kerja Indonesia, sering dia lakukan dalam setiap kunjungannya ke negeri jiran tersebut. Demikian juga ketika di Hongkong, ibu tiga anak ini disela-sela kegiatan resminya sebagai pejabat pemerintah selalu meluangkan waktu untuk bercengkerama dengan pada TKW di Victoria Park sembari mengais berbagai keluhan dan informasi yang akan dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan program kerja.
Untuk sampai ke puncak karier sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) — dulu namanya Pegawai Negeri Sipil (PNS) – Reyna yang terlahir dari keluarga pegawai negeri di Gorontalo itu menapaki mulai dari penempatan pertamanya di Banjarmasin sebagai Instruktur Balai Latihan Kerja setelah lulus dari IKIP Jakarta. Kesungguhannya tatkala merampungkan setiap tanggung jawab yang diberikan pimpinan itu pula yang membawanya kembali Jakarta untuk memulai kariernya sebagai pegawai pusat.
Di tengah kesibukannya di Depnaker, Reyna melanjutkan pendidikan S2-nya di Southern Illinois American University. Sekembali ke tanah air, mantan aktivis organisasi kepemudaan yang pernah menjadi pengurus DPP KNPI ini diserahi tanggung jawab secara berjenjang mulai sebagai pejabat eselon IV hingga puncak karier sebagai eselon I. Diapun masih menyisihkan waktu untuk melanjutkan pendidikan S3-nya di UNJ dan berhasil meraih predikat sebagai Doktor jurusan Manajemen Pendidikan. Diapun pernah mencalonkan diri sebagai Bupati Pohuwato, Provinsi Gorontalo namun gagal.
Terbiasa sebagai seorang aktivis, tidak heran jika istri dari Elvis Yus Usman ini bisa ditemui kapan saja baik di rumahnya di kawasan Puri Bintaro maupun di kantor, sebab nyaris setiap hari perempuan ini bekerja dan menerima tamu hingga larut malam. “Lebih luang waktunya jika menerima tamu di atas jam kerja. Saya selalu upayakan untuk optimal dalam bekerja, dan rata-rata semua staf saya sudah memahami hal ini,” tutur Reyna.
Dengan santai Reyna berujar, pernah mengalami hal yang sama ketika masih menjadi aktivis dan pegawai rendah, bertemu dengan pimpinan sering mengalami kesulitan karena kesibukan pimpinan yang padat tetapi waktunya selalu terbatas pada jam kerja. Pengalaman itulah yang membuat putri Yunus Usman bin Hi Bakari Usman ini selalu membuka pintu rumah dan kantornya untuk para tetamu, baik yang hanya sekadar “say hi’ atau melaporkan permasalahan.
Meskipun demikian, mengedepankan disiplin adalah tonggak utama yang digunakan Reyna Usman. Dia bisa menjatuhkan sanksi tegas kepada staf atau mitra kerjanya ketika melakukan pelanggaran sebab baginya disiplin adalah pilar utama menuju sukses. “Berkaitan dengan tanggung jawab saya sekarang, saya bermimpi dan ingin mewujudkan impian saya itu di mana menjadikan Indonesian migrant worker sebagai leader expatriates Global sesuai amanat G-21,” katanya.
Sukses meraih puncak karier sebagai ASN bukan merupakan kebanggaan baginya sebab jabatan adalah amanah, yang bisa membuatnya bangga adalah bagaimana menyelesaikan semua tanggung jawab yang diembankan negara kepadanya. Salah satunya adalah menyejahterakan tenaga kerja Indonesia baik wanita maupun laki-laki yang tengah berjuang untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga yang ditinggalkan di kampung halaman.
Sejarah panjang perjalanan Reyna Usman menapaki jenjang kariernya sebagai ASN tidak lepas dari doa orang tua dan anak-anak yatim yang selalu disantuni….. Sukses selalu Bu Reyna. (hasyim husein)